Produksi Mazda Anjlok Akibat Tarif Impor dan Pergeseran StrategiProduksi Mazda Anjlok Akibat Tarif Impor dan Pergeseran Strategi
0 0
Read Time:3 Minute, 24 Second

Produksi Mazda anjlok drastis di Jepang karena dampak tarif impor yang kian memberatkan, memaksa perusahaan beralih fokus dari model CX-30 dan Mazda3 ke crossover besar. Perubahan strategi ini diumumkan oleh CEO Mazda, Masahiro Moro, pada 2 September 2025, sebagai upaya memulihkan profitabilitas di tengah tekanan ekonomi global. Bagaimana langkah Mazda menghadapi tantangan ini

Baca juga: Hyundai Stargazer Cartenz Debut di GIIAS 2025: Desain Tangguh untuk Indonesia

Tarif Impor Jadi Biang Kerok Penurunan Produksi

Menurut laporan terbaru, produksi Mazda anjlok di Jepang karena tarif impor yang diberlakukan di pasar utama, terutama Amerika Serikat. Tarif sebesar 25% pada kendaraan dan komponen impor, yang diberlakukan sejak April 2025, telah memukul keras Mazda, yang mengandalkan 90% penjualan global dari pasar ekspor. CFO Mazda, Jeffrey Guyton, memperkirakan kerugian akibat tarif mencapai ¥9 miliar hingga ¥10 miliar (sekitar Rp870 miliar–Rp970 miliar) hanya pada April 2025. Hal ini memaksa Mazda mengurangi produksi model populer seperti CX-30 dan Mazda3, yang banyak diimpor dari Jepang dan Meksiko.

Pergeseran Fokus ke Crossover Besar

Untuk mengatasi dampak tarif, Mazda mengalihkan strategi produksi ke model crossover berukuran besar. Seperti CX-70 dan CX-90, yang dianggap memiliki margin keuntungan lebih tinggi. Langkah ini diambil setelah produksi Mazda anjlok. Untuk model kompak seperti CX-30 dan Mazda3, yang sebelumnya menyumbang penjualan signifikan di pasar AS. Pada 2024, Mazda3 terjual sekitar 79.000 unit, sedangkan CX-30 mencatatkan penjualan 96.515 unit di AS. Namun, tekanan tarif membuat Mazda memprioritaskan model yang lebih menguntungkan dan diproduksi lokal, seperti CX-50 yang dirakit di Alabama bersama Toyota.

Dampak pada Pasar Amerika Serikat

Pasar Amerika Serikat, yang menyumbang 424.382 penjualan kendaraan Mazda pada 2024, menjadi yang terdampak paling signifikan. Sebanyak 235.738 unit kendaraan, termasuk CX-5, CX-70, dan CX-90, diimpor dari Jepang, sementara CX-30 dan Mazda3 diimpor dari Meksiko. Tarif tambahan pada komponen impor untuk CX-50, yang diproduksi di Alabama, juga menambah biaya produksi sebesar Rp29 juta hingga Rp58 juta per unit. Akibatnya, Mazda memprediksi penurunan permintaan di AS karena kenaikan harga jual.

Upaya Mazda Menghadapi Krisis

Mazda tidak tinggal diam menghadapi situasi ini. CEO Masahiro Moro mengungkapkan beberapa strategi untuk memitigasi dampak tarif:

  1. Meningkatkan Penjualan di Pasar Lain: Mazda berencana memperkuat penjualan di Jepang, Asia Tenggara, dan Tiongkok untuk mengimbangi penurunan di AS.
  2. Optimalisasi Produksi Lokal: Mazda berupaya meningkatkan kapasitas produksi CX-50 dan CX-50 Hybrid di pabrik Alabama. Kini menghasilkan 100.000 unit per tahun dengan potensi tambahan 50.000 unit.
  3. Efisiensi Biaya: Perusahaan juga menerapkan langkah penghematan biaya secara agresif untuk menjaga profitabilitas.

Guyton menegaskan, “Kami harus tetap kompetitif, terutama pada segmen harga sensitif seperti CX-30. Sambil memastikan konsumen merasakan nilai produk yang sepadan.”

Produksi Mazda Anjlok: Apa Dampak Jangka Panjang?

Penurunan produksi CX-30 dan Mazda3 juga memicu kekhawatiran di kalangan konsumen dan pelaku industri. Seorang pengguna media sosial di platform X menyebutkan bahwa penghentian model populer ini dapat memicu kenaikan harga mobil bekas karena berkurangnya pasokan model baru. “Tidak ada model baru berarti pasar mobil bekas akan melonjak, menciptakan efek domino pada inflasi,” tulis salah satu pengguna. Namun, Mazda membantah rumor bahwa produksi CX-30 dan Mazda3 dihentikan sepenuhnya, menegaskan bahwa fokus hanya dialihkan sementara.

Baca juga: Ducati Desmosedici GP8 Edisi Nicky Hayden Laku Dilelang dengan Harga Fantastis

Investasi di Pabrik Lokal

Mazda juga tengah mempertimbangkan opsi jangka panjang, seperti meningkatkan investasi di pabrik Meksiko dan Alabama. Pabrik di Salamanca, Meksiko, yang memproduksi CX-30 dan Mazda3, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar yang sesuai dengan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA). Sementara itu, kerja sama dengan Toyota di Alabama dapat diperluas untuk memproduksi lebih banyak model bebas tarif.

Penutup: Masa Depan Mazda di Tengah Tantangan

Produksi Mazda anjlok menjadi sinyal bahwa tarif impor telah mengguncang strategi global perusahaan. Dengan beralih ke crossover besar dan meningkatkan produksi lokal, Mazda berupaya menjaga daya saing di pasar otomotif yang kian menantang. Ke depannya, keberhasilan strategi ini akan bergantung pada kemampuan Mazda menyesuaikan harga, memperluas pasar, dan memanfaatkan fasilitas produksi lokal. Analis memprediksi penjualan mobil di AS pada 2025 bisa turun hingga 14,2 juta unit akibat tarif, menambah tekanan bagi Mazda untuk berinovasi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %